Tuesday, February 08, 2005

Tour Of Cipatujah Part Three - Kengerian di Cijulang...

january 15, 2005

Sore itu setelah puas meminum air kelapa muda, beberapa orang juga ada yang telah usai melakukan sholat ashar, perjalanan pun dilanjutkan...dan kali ini tempat yang dituju adalah sebuah sungai yang sangat lebar sekali, ada tidak kurang dari 10 meter lebar dari sungai tersebut. Ya, sungai itu bernama Cijulang dan hari ini airnya cukup meluap dan berwarna coklat keruh.]



Perjalanan menuju hulu cijulang ditempuh dengan menggunakan perahu bermotor, yang dipaksa bermuatan sekitar 30 orang ditambah dua anak buah kapal. Perahu berjalan lambat meninggalkan tepian sungai, melaju melawan arus yang bergerak pelan menuju muara. Sepanjang perjalanan di sungai pada sore itu, yang bisa dilihat hanyalah pepohonan kelapa di sebelah kanan dan kiri sungai, sesekali terdengar suara teriakan penduduk lokal yang sedang menyadap mayang, atau memetik buah kelapa.
Setelah sekitar 30 menit perjalanan, tiba-tiba mesin perahu mati dan untungnya mati dekat tepian sungai sehingga perahu bisa merapat dan segera anak buah kapal mencari bantuan. Tak lama kemudian, anak buah kapal yang tadi mencari bantuan datang dengan menggunakan perahu temannya. Segera mesin kapal yang mati diganti dengan mesin kapal yang datang membantu, dan perahu pun bisa melanjutkan perjalanan kembali.
Senja pun tiba, bintang-bintang pun mulai bermunculan menggantikan terangnya cahaya matahari menjadi temaram diiringi lagu jangkrik dan cicada, sedangkan perahu masih terus melaju dan suara motornya memecah keheningan malam yang mulai menyelimuti.
Akhirnya...., tepat pukul 19.00 kami tiba di tempat tujuan....tapi....semuanya tidak sesuai dengan yang diharapkan dan dibayangkan sebelumnya, tapi...sekarang yang ada hanya hitam.....gelap...., cahaya rembulan dan bintang tidak banyak membantu, pupus sudah harapan melihat dinding-dinding bebatuan yang kokoh di hulu cijulang. ya...semua kecewa, namun ada beberapa yang tetap memaksa memotret, jeprat-jepret...tapi apa daya yang didapatkan cuma kegelapan.
Selama 30 menit berada di hulu cijulang, kebosanan pun mulai melanda akhirnya diputuskan untuk pulang karena malam pun juga semakin larut. Namun, ternyata ada beberapa orang yang ingin buang air kecil dulu karena memang sudah tidak dapat ditahan-tahan lagi so, perahu pun menepi dan bagi yang ingin buang air kecil harap membawa "peralatan" seadanya.
Akhirnya setelah semua selesai buang air perjalanan pulang pun segera dilanjutkan kembali, dengan tanpa penerangan apapun karena memang tidak ada persiapan untuk perjalanan malam, dan tidak pula mengetahui jarak tempuh dari muara ke hulu. Seharusnya pemilik kapal sudah mengetahui, tapi kemungkinan dia tidak dapat memperkirakan kecepatan perahunya saat kapalnya dimuati oleh sekitar 30 manusia, padahal hal ini dapat dibaca dari mesin motor perahu yang mati saat awal perjalanan sehingga seharusnya digunakan dua perahu sehingga beban perahu dapat sedikit berkurang. Walaupun tanpa penerangan namun pengemudi masih bisa melihat belokan-belokan sungai dari bayangan yang diciptakan oleh cahaya bulan dan bintang.
Tiba-tiba perahu miring, orang-orang yang ada di bagian atas rumah perahu pun kaget dan langsung berusaha menyeimbangkan, perahu pun seimbang kembali, namun hal ini tidak berlangsung lama karena perahu miring kembali, seimbang lagi, miring lagi, pak hobil yang juga duduk di atap perahu berteriak-teriak untuk menyuruh orang yang ada di dalam perahu terutama yang duduk paling depan untuk tidak terlalu banyak bergerak dan berpindah tempat. Pernah suatu saat perahu sangat miring sekali, sehingga orang-orang yang ada di atap perahu hampir jatuh tercebur ke dalam sungai karena memang di atap perahu tidak ada pengaman yang bisa dijadikan pegangan. Pemilik kapal kemudian menyuruh beberapa orang yang ada di atap perahu untuk turun dan ikut duduk dalam perahu sehingga perahu bisa lebih stabil karena terlalu banyak orang yang duduk di atap membuat perahu menjadi semakin tinggi dan lebih berat pada bagian atas.
Ahhh....akhirnya, untuk beberapa lama perahu bisa stabil dan melaju dengan tenang. namun, ketika perahu bergerak tinggal sekitar 200 meter dari tempat awal berangkat, tiba-tiba perahu motor mati dan tiba-tiba saja di depan perahu ada perahu lain milik warga yang sedang mencari ikan dan hampir saja terjadi tabrakan, tapi untungnya perahu melaju pelan sehingga tabrakan bisa dihindari. Perahu akhirnya berhenti, tapi berhentinya itu pas banget di pinggir kali yang banyak dahan2 pohonnya....aarrrggghhh...semuanya berusaha menghindar dengan pindah ke sisi perahu yang tidak terkena dahan pepohonan sehingga menyebabkan perahu menjadi tidak seimbang dan miring, untungnya ada orang yang menenangkan sehingga perahu tidak sampai terbalik. Mesin sempat menyala sebentar namun perahu hanya berputar2 sehingga akhirnya mati saat berada tepat ditengah-tengah sungai. Hingga akhirnya diputuskan lebih baik menepi dan perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki. Dengan menggunakan papan, perahu didayung hingga mencapai tepian sungai terdekat kemudian satu persatu semuanya turun, suasana saat itu sangat menegangkan, semua orang tidak ada yang berani berbicara ataupun bercanda.
Setelah semua orang ada di darat, pak Hobil berinisiatif untuk membuat obor dari daun kelapa yang sudah kering karena memang keadaan disitu sangat gelap. Beberapa obor sudah dibuat dan rombongan mulai berjalan beriringan satu persatu karena jalan yang sangat sempit dan di sebelah kiri terdapat sungai sehingga membutuhkan kehati-hatian dalam berjalan.
Sekitar 15 menit berjalan kaki, akhirnya rombongan sampai juga di tempat penjemputan yang juga merupakan tempat awal perahu berangkat, fiuhhhhhh.......semuanya dapat bernafas dengan lega, saat di dalam mobil menuju tempat penginapan ada yang terdiam bengong memikirkan apa yang barusan terjadi padanya, ada yang tidur karena sangat lelah dan mengantuk, ada juga yang berceloteh membahas apa saja yang telah terjadi pada waktu naik perahu tadi.
Tiba di tempat penginapan, sepiring besar kakap dan bawal bakar, keong laut rebus, lengkap dengan lalapan dan sambalnya sudah menanti, hmmmm....nyammm, pas banget dengan keadaan perut yang sudah minta diisi dari tadi. and.....you know....the end of this day is kasur yang empuk :P



0 Comments:

Post a Comment

<< Home