Monday, February 28, 2005

Tour Of Cipatujah Part Four - Pleasure Time !!!!

January 16, 2005

Hoahhheemmm.....jam sudah menunjukkan pukul 5.00 WIB, tapi pelupuk mataku masih bergelayut berat dan memaksa untuk terpejam kembali, wuiiihh...benar-benar tidur yang nyenyak, gile bener aku tertidur seperti orang mati. Bahkan kejadian semalam yang ramai diceritakan oleh teman-teman pun aku ga tau, katanya sih ada preman daerah ini yang mengamuk ga jelas sebabnya.
Setelah sholat shubuh, aku langsung bergegas menuju ke pantai karena hari ini adalah hari terakhir aku berada di sini jadi aku ingin berpuas-puas dulu bermain di pantai Sindangkerta hingga saat sarapan pagi tiba. Terlihat di pantai orang yang sedang menjala ikan, atau ada juga orang yang juga hanya sekedar jalan-jalan pagi seperti aku. Aku segera mendekati orang yang sedang menjala ikan dan saat kutanyai ternyata bapak itu belum mendapatkan satu ekor pun dan memang kalo aku perhatikan sepertinya bapak ini mencari ikan hanya untuk menambah lauk pauk saja tidak untuk dijual karena beliau hanya mencari ikan di tepi pantai saja tidak sampai ke tengah laut.
Waktu sarapan pagi pun tiba, aku segera bergegas kembali menuju mess untuk sarapan dan seperti biasa menu untuk sarapan pagi adalah sepiring nasi goreng kecap,
sebuah telor ceplok, 3 iris timun, dan tidak lupa krupuk kembali menjadi hidangan santap pagi yang nikmat. Aktivitas kita hari ini adalah berkemas untuk pulang, perjalanan pulang kali ini tidak melalui jalan saat awal kita datang namun melalui jalur yang menghubungkan antara pantai Cipatujah dengan pantai Pangandaran.
Selesai makan aku segera mandi, "wah, kayaknya kebalik deh...harusnya mandi dulu baru makan." setelah itu baru 'packing'.
Tepat pukul 9.00 kami berangkat meninggalkan mess, tak lupa kami mampir dulu ke rumah pak Hobil untuk mengucapkan terima kasih kepada keluarganya. Dengan diantar pak Hobil kami berangkat melanjutkan perjalanan, dan berdasarkan rencana pak Mamit kami akan menuju ke Green Canyon. Sepanjang perjalanan menuju kesana, kami disuguhi oleh banyak pemandangan yang sangat menarik dimana sebelah kiri terlihat hamparan sawah, hutan, dan pegunungan sedangkan di sebelah kanan terlihat pantai laut selatan yang indah.
Setelah berjalan sekitar 1 jam Green Canyon, dari namanya mungkin dalam pikiran kita langsung terbayang suatu daerah di Amerika sono, yang memiliki nama yang hampir sama, yang berbeda adalah kalau Grand Canyon daerahnya kering dan tandus tapi kalau Green Canyon daerahnya ijo royo-royo dan bahkan lebih indah dari Grand Canyon Amerika.
Dengan menggunakan Perahu, kami menyusuri sungai yang mengalir diapit dinding batu karang disertai dahan-dahan pepohonan yang menjuntai menambah kesejukan.



Hulu sungai semakin dekat, sekali lagi kami disuguhkan oleh pemandangan yang sangat menakjubkan berupa tonjolan stalagtit yang terlihat sangat indah.





Saturday, February 26, 2005

ITB Mati Lampu....!!!

yup...hari kamis siang tepatnya, sekitar jam 2 siang tiba-tiba lampu di jurusan mati, keadaan menjadi gelap gulita. Padahal ada orang yang lagi otoklaf di lab genetika, langsung deh jadi bete bin misuh-misuh gak karuan, yang lagi ada di depan komputer, yang lagi ada di dalam lift apalagi...tapi untungnya sedang tidak ada yang pakai lift.
Dan yang membuat aku "kagum" ternyata tidak cuma jurusanku, jurusan biologi aja yang mati lampu, tapi semua gedung-gedung yang ada di kompleks ITB dalam keadaan gelap. Huaha..ha..ha..ha, aku cuma bisa ketawa-ketawa 'doank'. "Wah, ITB belum bayar listrik nih!!!"
Sebenarnya kejadian listrik mati kayak gini bukan hanya sekali pas hari ini saja, tapi sudah sangat sering sekali kampus ini mengalami pemadaman listrik, dan yang bikin lebih jengkel lagi adalah matinya gak bilang-bilang dulu, main matiin listrik seenak udelnya saja.
Aku sih kasihan aja ama temen-temen yang lagi mengerjakan penelitian, apalagi anak-anak informatika yang notabene sangat membutuhkan komputer, dan sangat addict pada komputer, begitu juga dengan temen-temen di elektro. Lain dari itu, sampel-sampel yang ada dalam kulkas di biologi pun juga sangat beresiko mengalami kerusakan akibat kulkas yang mati terlalu lama.
Seharusnya jurusan-jurusan di ITB yang menggunakan alat-alat penyimpanan atau inkubator dan membutuhkan suplai listrik secara terus menerus, memiliki alat semacam generator atau genset sebagai pembangkit listrik cadangan atau 'back up' kalau suatu saat listrik dari PLN mati seperti yang terjadi hari kemis kemaren. Lain lagi kalo untuk jurusan yang pakai komputer, mereka mah masih bisa cari tempat lain yang tidak mengalami pemadaman arus listrik :p tapi tetap kayaknya yang harus disalahkan ada dua pihak!!!
satu, pihak PLN yang dengan seenak udelnya sendiri memutus aliran listrik ke kampus ITB, mbok ya kasih pemberitahuan kek...!
Kedua, pihak ITB yang tidak melakukan pemberitahuan secara tertulis. Dulu ITB sudah pernah mengadakan pemberitahuan secara tertulis melalui email dan tentunya kita para mahasiswa dan kalangan peneliti yang sedang mengerjakan penelitian sudah bersiap-siap dan tidak melakukan aktivitas penelitan pada jam-jam yang telah diberitahukan akan dilakukan pemadaman listrik. Seharusnya pihak ITB (rektor, red) menyadari akan seringnya pemadaman ini kemudian melakukan langkah-langkah antisipasi sehingga kegiatan penelitian tidak terganggu oleh seringnya mati listrik. Ya, misalnya pengadaan genset untuk jurusan-jurusan yang memerlukan, atau kalo untuk komputer dibelikan UPS yang bisa tahan satu jam, kan lumayan tuh!! pas listrik mati, kita masih bisa menyimpan kerjaan yang sedang dikerjakan. Oke, that's just my suggestion..
But...lebih bete lagi waktu hari jumat paginya, ketika aku harus mengembalikan formulir PRS ke gedung Annex, udah terlihat dari jauh antrian puaanjjjaannnnggg banget, beuh!!!!
oke, aku akhirnya harus ikut ngantri untuk check kelengkapan, 5 menit oke...lewat, 10 menit ...hmmm...gelisah, 15 menit, 20..., 30..., sejam.... enooughhh!!! orang-orang yang antri di depanku juga semakin gelisah, akhirnya ada yang ambil inisiatif pergi ke loket yang sedang kosong tidak ada antrian, tidak pula ada penjaga loket. Anehnya, setelah dari loket orang-orang pada senyam-senyum, kasak-kusuk..usut punya usut ternyata orang-orang pada nge-cap formulirnya sendiri dengan cap TELAH DIPERIKSA, oohhh pantesss...!!!!
Akhirnya, aku langsung mengambil inisiatip maju mendekati loket....ohhhh, lagi-lagi mulutku menganga karena ternyata di semua loket tidak ada yang menjaga. Terus...ngapain orang-orang pada ngantri gini yak??? Hmm, langsung kuambil stempel yang ada di loket...tanpa ba...bi..bu kutempelin ke formulir PRS-ku, yes...yes...yes..cihui!!! Padahal tadi petugas sempat mengambil stempel TELAH DIPERIKSA yang ada di loket sebelah, untungnya stempel yang di sini ga ikut diambil.
Setelah itu aku tanya sama orang-orang yang udah dari tadi ngantri dengan setia, usut punya usut lagi, ternyata listrik untuk komputernya mati, anehhh, padahal aku lihat lampu di dalam ruangan menyala...jadi yang putus dimana nih??!!!! Dan akhirnya, aku dengar bahwa pengembalian PRS dihentikan sampai batas waktu yang tidak ditentukan......, hahhhh!!!!!!

Oh....ITB, begitu parahkah keadaanmu sebagai BHMN...????
atau....ini hanya awal dari kemajuan yang diimpikan
sebagai kampus penelitian
ayo....berbenahlah,
begitu berat aku menyandang nama besarmu

ITB....ITB....ITB!!!!!

Tuesday, February 08, 2005

Tour Of Cipatujah Part Three - Kengerian di Cijulang...

january 15, 2005

Sore itu setelah puas meminum air kelapa muda, beberapa orang juga ada yang telah usai melakukan sholat ashar, perjalanan pun dilanjutkan...dan kali ini tempat yang dituju adalah sebuah sungai yang sangat lebar sekali, ada tidak kurang dari 10 meter lebar dari sungai tersebut. Ya, sungai itu bernama Cijulang dan hari ini airnya cukup meluap dan berwarna coklat keruh.]



Perjalanan menuju hulu cijulang ditempuh dengan menggunakan perahu bermotor, yang dipaksa bermuatan sekitar 30 orang ditambah dua anak buah kapal. Perahu berjalan lambat meninggalkan tepian sungai, melaju melawan arus yang bergerak pelan menuju muara. Sepanjang perjalanan di sungai pada sore itu, yang bisa dilihat hanyalah pepohonan kelapa di sebelah kanan dan kiri sungai, sesekali terdengar suara teriakan penduduk lokal yang sedang menyadap mayang, atau memetik buah kelapa.
Setelah sekitar 30 menit perjalanan, tiba-tiba mesin perahu mati dan untungnya mati dekat tepian sungai sehingga perahu bisa merapat dan segera anak buah kapal mencari bantuan. Tak lama kemudian, anak buah kapal yang tadi mencari bantuan datang dengan menggunakan perahu temannya. Segera mesin kapal yang mati diganti dengan mesin kapal yang datang membantu, dan perahu pun bisa melanjutkan perjalanan kembali.
Senja pun tiba, bintang-bintang pun mulai bermunculan menggantikan terangnya cahaya matahari menjadi temaram diiringi lagu jangkrik dan cicada, sedangkan perahu masih terus melaju dan suara motornya memecah keheningan malam yang mulai menyelimuti.
Akhirnya...., tepat pukul 19.00 kami tiba di tempat tujuan....tapi....semuanya tidak sesuai dengan yang diharapkan dan dibayangkan sebelumnya, tapi...sekarang yang ada hanya hitam.....gelap...., cahaya rembulan dan bintang tidak banyak membantu, pupus sudah harapan melihat dinding-dinding bebatuan yang kokoh di hulu cijulang. ya...semua kecewa, namun ada beberapa yang tetap memaksa memotret, jeprat-jepret...tapi apa daya yang didapatkan cuma kegelapan.
Selama 30 menit berada di hulu cijulang, kebosanan pun mulai melanda akhirnya diputuskan untuk pulang karena malam pun juga semakin larut. Namun, ternyata ada beberapa orang yang ingin buang air kecil dulu karena memang sudah tidak dapat ditahan-tahan lagi so, perahu pun menepi dan bagi yang ingin buang air kecil harap membawa "peralatan" seadanya.
Akhirnya setelah semua selesai buang air perjalanan pulang pun segera dilanjutkan kembali, dengan tanpa penerangan apapun karena memang tidak ada persiapan untuk perjalanan malam, dan tidak pula mengetahui jarak tempuh dari muara ke hulu. Seharusnya pemilik kapal sudah mengetahui, tapi kemungkinan dia tidak dapat memperkirakan kecepatan perahunya saat kapalnya dimuati oleh sekitar 30 manusia, padahal hal ini dapat dibaca dari mesin motor perahu yang mati saat awal perjalanan sehingga seharusnya digunakan dua perahu sehingga beban perahu dapat sedikit berkurang. Walaupun tanpa penerangan namun pengemudi masih bisa melihat belokan-belokan sungai dari bayangan yang diciptakan oleh cahaya bulan dan bintang.
Tiba-tiba perahu miring, orang-orang yang ada di bagian atas rumah perahu pun kaget dan langsung berusaha menyeimbangkan, perahu pun seimbang kembali, namun hal ini tidak berlangsung lama karena perahu miring kembali, seimbang lagi, miring lagi, pak hobil yang juga duduk di atap perahu berteriak-teriak untuk menyuruh orang yang ada di dalam perahu terutama yang duduk paling depan untuk tidak terlalu banyak bergerak dan berpindah tempat. Pernah suatu saat perahu sangat miring sekali, sehingga orang-orang yang ada di atap perahu hampir jatuh tercebur ke dalam sungai karena memang di atap perahu tidak ada pengaman yang bisa dijadikan pegangan. Pemilik kapal kemudian menyuruh beberapa orang yang ada di atap perahu untuk turun dan ikut duduk dalam perahu sehingga perahu bisa lebih stabil karena terlalu banyak orang yang duduk di atap membuat perahu menjadi semakin tinggi dan lebih berat pada bagian atas.
Ahhh....akhirnya, untuk beberapa lama perahu bisa stabil dan melaju dengan tenang. namun, ketika perahu bergerak tinggal sekitar 200 meter dari tempat awal berangkat, tiba-tiba perahu motor mati dan tiba-tiba saja di depan perahu ada perahu lain milik warga yang sedang mencari ikan dan hampir saja terjadi tabrakan, tapi untungnya perahu melaju pelan sehingga tabrakan bisa dihindari. Perahu akhirnya berhenti, tapi berhentinya itu pas banget di pinggir kali yang banyak dahan2 pohonnya....aarrrggghhh...semuanya berusaha menghindar dengan pindah ke sisi perahu yang tidak terkena dahan pepohonan sehingga menyebabkan perahu menjadi tidak seimbang dan miring, untungnya ada orang yang menenangkan sehingga perahu tidak sampai terbalik. Mesin sempat menyala sebentar namun perahu hanya berputar2 sehingga akhirnya mati saat berada tepat ditengah-tengah sungai. Hingga akhirnya diputuskan lebih baik menepi dan perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki. Dengan menggunakan papan, perahu didayung hingga mencapai tepian sungai terdekat kemudian satu persatu semuanya turun, suasana saat itu sangat menegangkan, semua orang tidak ada yang berani berbicara ataupun bercanda.
Setelah semua orang ada di darat, pak Hobil berinisiatif untuk membuat obor dari daun kelapa yang sudah kering karena memang keadaan disitu sangat gelap. Beberapa obor sudah dibuat dan rombongan mulai berjalan beriringan satu persatu karena jalan yang sangat sempit dan di sebelah kiri terdapat sungai sehingga membutuhkan kehati-hatian dalam berjalan.
Sekitar 15 menit berjalan kaki, akhirnya rombongan sampai juga di tempat penjemputan yang juga merupakan tempat awal perahu berangkat, fiuhhhhhh.......semuanya dapat bernafas dengan lega, saat di dalam mobil menuju tempat penginapan ada yang terdiam bengong memikirkan apa yang barusan terjadi padanya, ada yang tidur karena sangat lelah dan mengantuk, ada juga yang berceloteh membahas apa saja yang telah terjadi pada waktu naik perahu tadi.
Tiba di tempat penginapan, sepiring besar kakap dan bawal bakar, keong laut rebus, lengkap dengan lalapan dan sambalnya sudah menanti, hmmmm....nyammm, pas banget dengan keadaan perut yang sudah minta diisi dari tadi. and.....you know....the end of this day is kasur yang empuk :P



Monday, February 07, 2005

Tour Of Cipatujah Part Two - Melihat Penyu

january 15, 2004

Sepiring nasi goreng kecap, sebuah telor ceplok, 3 iris timun, dan tidak lupa krupuk menjadi hidangan santap pagi yang nikmat ditambah dengan segelas teh tawar hangat, apalagi cacing-cacing di usus perut sudah ber-demo meminta jatah makanan.
Semua orang berkumpul di ruang pertemuan mess untuk membicarakan acara yang akan dilakukan hari ini, termasuk di antara orang-orang tersebut Pak Mamit dosen yang bertindak sebagai kepala rombongan.

Kegiatan yang akan dilakukan hari ini antara lain mengunjungi tempat konservasi penyu hijau, melihat karang yang dipotong oleh manusia, melihat penambangan pasir kuarsa, dan satu lagi melihat batu karang di hulu sungai Cijulang.
Penyu merupakan hewan yang sangat mengagumkan,hewan ini bisa berumur hingga ratusan tahun. Penyu sangat mencintai tempat kelahirannya, untuk itu maka saat hewan ini kawin dan bertelur, hewan ini akan kembali ke tempat kelahirannya lagi. Nah, itu kalau pantai tempat kelahirannya masih sama seperti saat dia dilahirkan dulu. Perusakan pantai oleh tangan manusia atau bencana alam seperti Tsunami yang terjadi di NAD bisa menyebabkan perubahan kondisi pantai, sehingga penyu menjadi bingung dan akhirnya mendarat di pantai lain. Padahal, kalau suatu pantai jadi daerah pendaratan penyu maka daerah itu telah memiliki aset yang sangat berharga sekali.
Fenomena perubahan kondisi pantai inilah yang sedang dilihat, dimana pantai karang dengan kumpulan koral yang indah dirusak dengan cara dipotong sehingga perahu nelayan bisa berlayar dan menepi lagi ke pantai, belum lagi ditambah penambangan pasir kuarsa secara besar-besaran, semuanya hanya untuk kepentingan pribadi manusia, makhluk ter-egois dan ter-oportunis yang ada di bumi!!!!
Usai melihat karang pantai terpotong dan penambangan pasir kuarsa, walaupun dengan hati sedih karena tidak bisa berbuat apa-apa rombongan bergerak menuju tempat konservasi penyu hijau. Manusia berhati mulia yang sudi mencurahkan kasih sayangnya pada penyu hijau itu adalah Pak Hobil, beliau membantu proses penangkaran penyu hijau tersebut sehingga penyu-penyu hijau kecil atau tukik memiliki harapan hidup yang lebih tinggi. Senang sekali rasanya saat melihat tukik-tukik yang baru menetas, menyeruak dan berlomba untuk melihat cahaya setelah berbulan-bulan terkubur dalam pasir. Tapi sayang, mereka belum bisa merasakan hangatnya air laut, karena harus masuk ke dalam karantina dulu sehingga kondisinya lebih kuat untuk berjuang di lautan.
Puas bermain dengan tukik-tukik, ternyata setumpuk kelapa muda sudah terhidang siap untuk disantap..."uughhhh, segarnya!!!" Pas banget, dengan cuaca siang itu yang memang lagi panas-panasnya.

to be continued.....